Jumat, 25 Februari 2011

Kepadatan

Menurut Sarwono, suatu keadaan akan dinyatakan semakin padat apabila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin padat pula bila disbanding dengan luas ruangan. Di tempat dimana penulis tinggal hal ini terjadi Karena tempat tersebut di nilai oleh sebagian orang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Antara kepadatan dan kesesakan sangatlah berhubungan erat adanya.makin banyak jumlah manusia yang berada pada suatu wilayah maka semakin sesak pula keadaannya. Hubungan antara kepadatan dan kesesakan mempunyai dua cirri yaitu : cirri yang pertama, kesesakan adalah persepsi terhadap kepadatan dalam arti disini adalah jumlah manusianya. Cirri yang kedua, karena kesesakan adalah persepsi maka sifatnya adalah subjektif. Orang yang sudah terbiasa dengan kondisi naik kereta api yang padat penumpang , mungkin tidak akn merasa sesak lagi (density tinggi tetapi crowding rendah) sangat berbanding terbalik dengan orang yang tidak terbiasa bengan hal tersebut.
Stokols menyatakan bahwa density adalah kendala ruang (spatial constraint), sedangkan crowding adalah respon yang subjektif terhadap keadaan yang sesak. Kepadatan memang merupahan syarat mutlak untuk terjadinya sebuah kesesakan, tetapi untuk sebuah kesesakan bukan berarti adanya ssuatu kepadatan.

Menurut Altman, variasi indicator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social yaitu:
1.jumlah individu dalam sebuah kota.
2.jumlah individu pada daerah sensus.
3.jumlah individu pada unit tempat tinggal
4.jumlah ruang pada unit tempat tinggal.
5.jumlah bangunan pada lingkungan sekitar.

Sedangkan kategori kepadatan menurut Altman yaitu :
1.kepadatan dalam ( inside density)
jumlah individu yang terdapat pada suatu ruang atau tempat tinggal.
2.kepadatan luar (outside density)
jumlah individu yang berada dalam wilayah tertentu.

Kategori kepadatan menurut Holahan yaitu :
1.kepadatan spatial
yang terjadi bila luas ruangan diubah menjadi lebuh kecil tetapi jumlah individu tetap. Yang terjadi kepadatan meningkat sejalannya menurunnya luas ruangan yang ada.
2.kepadatan social
terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi oleh penambahan luas ruang. Hal yang terjadi adalah kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.

Akibat dari kepadatan yang tinggi menurut Hamistra dan Mc. Farling yaitu :
1.Fisik, seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah yang meningkat, dan lain sebagainya.
2.Akibat social, menyebabkan kenakalan dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Manusiapun menampakan tingkah laku yang menyerupai behavioral sink sebagai akibat dari kepadatan dan kesesakan. Holahan mencatat beberapa gejala sebagai berikut :
a.Dampak pada penyakit dan patologi social
1.reaksi fisiologik, misalya meningkatkan tekanan darah.
2.penyakit fisik, seperti psikosomatik dan meningkatnya angka kematian.
3.patologi social, misalnya meningkatnya kejahatan, bunuh diri, penyakit jiwa, dan tingkat kenakalan pada remaja.

b.Dampak pada tingkah laku social
1.Agresi
2.menarik diri dari lingkungan social
3.berkurangnya tingkah laku menolong
4.cenderung lebih banyak melihat sisi buruk dari orang lain jika terlalu lama tinggal bersama orang lainitu jika berada dalam tempat yang padat dan sesak.

c.Dampak pada hasil usaha dan suasana hati
1.hasil usaha dan prestasi kerja menurun
2.suasana hati cenderung lebih murung.

Menurut Holahan, polusi udara dan suhu yang tinggi dapat menimbulkan menurunnya kesehatan seperti timbulnya penyakit pernafasan dan infeksi saluran pernafasan. Juga dapat menimbulkan efek perilaku yaitu seseorang dalam temperature yang tinggi memiliki penilaian yang tidak jelas. Ada tiga faktor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising yaitu :
3.Volume, suara yang semakin keras dirasa akan semakin mengganggu.
4.Perkiraan, jika kebisingan dapat diperkirakan datangnya bunyi teratur maka kesan gangguan yang timbul akan lebih kecil dibanding suara yang datangnya tiba-tiba.
5.Pengendalian, bising atau tidak terganggu dari bagaimana kita mengaturnya.

Dampak akibat kebisingan yang di kemukakan oleh Holahan, yaitu:
1.Efek fisiologis
Penyebab reaksi fisiologis sistemik menyebabkan stress. Reaksi cenderungmeningkat ketika kebisingan intens, periodic, dan tidak terkontrol. Reaksi fisiologis seperti sekresi adrenal dan tekanan darah meningkat.
2.Efek kesehatan
Efek dari kebisingan dalam intensitas yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan pendengaran. Selain itu dapat mengakibatkan sakit kepala, gelisah, dan insomnia.
3.Efek perilaku
Efek perilaku dari kebisingan adalah mempengaruhi hilangnya beberapa aspek perilaku social.
4.Dampak psikologis (Munandar)
Kebisingan dapat mengganggu kesejahteraan emosional. Pada lingkungan yang ekstrim penduduk bisa bersikap agresif, penuh dengan curiga, dan cepat merasa jengkel.

Sumber: http://maiasalam.blogspot.com/2009/11/psikologi-lingkungan.html

Ambient Condition dan Architectural Features

Ambient Condition dan Architectural Features

Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik Wrighstman dan Deaux 1981 membedakan dua bentuk kualitas lingkungan:

1. Ambient Condition: Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound, cahaya, warna, dan temperature.
2. Architectural Features: Yang bersifat permanent, misalnya dalam suatu ruangan yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai atap serta pengaturan perabot dan dekorasi.dsb.


Sumber: http://elearning.faqih.net/

Pengantar Psikologi Lingkungan

Latar Belakang
Field Theory (teori medan) merupakan yang pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin, dimana merupakan salah satu langkah awal dari teori yang mempertimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia. Dimana sebelumnya kita mengenal dengan istilah psikologi lingkungan.

Lingkup Psikologi Lingkungan
Ruang lingkup psikologi lingkungan lebih membahas rancangan, organisasi dan pemaknaan, serta lingkup lain yang bervariasi. (Proshansky, 1974)

Sosiologi yang muncul pada tahun 1970 merupakan cabang yang amat dekat dengan psikologi lingkungan. Jenis-jenis lingkungan di dalam psikologi lingkungan (Sarwono, 1992) adalah:

1. Lingkungan alamiah (lautan, hutan)
2. Lingkungan buatan/binaan ( jalan raya, perumahan)
3. Lingkungan social
4. Lingkungan yang dimodifikasi

Sumber: http://elearning.faqih.net/

Pendekatan Teori dan Metode Penelitian Psikologi Lingkungan

PENDEKATAN TEORI
A. LATAR BELAKANG SEJARAH
Membahas perihal teori-teori yang dikemukakan para ahli psikologi lingkungan, maka yang terlibat adalah teori-teori, baik di dalam maupun di luar disiplin psikologi. Beberapa teori tersebut amat luas jangkauannya dan beberapa lagi yang lain lebih terfokus, beberapa amat lemah dalam data empiris dan beberapa yang lain amat kuat. Dalam kaitan antara lingkungan dengan perilaku manusia, maka kita dapat menyebut sejumlah teori dimana dalam perspektif ini, yang terlibat di dalamnya antara lain adalah geografi, biologi ekologi, behaviorisme, dan psikologi Gestalt (Veitch & Arkkelin, 1995).

Geografi. Beberapa ahli sejarah dan geografi telah mencoba menerangkan jatuh-bangunnya peradaban yang disebabkan oleh karakteristik lingkungan. Sebagai contoh, Toynbee (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) mengembangkan teori bahwa lingkungan (atau secara lebih spesifik topografi, iklim, vegetasi, ketersediaan air, dan sebagainya) adalah tantangan bagi penduduk yang tinggal di lingkungan tersebut. Tantangan lingkungan yang ekstrim akan merusak peradaban, sementara tantangan yang terlalu kecil akan mengakibatkan stagnasi kebudayaan. Lebih lanjut Toynbee mengusulkan bahwa tantangan lingkungan pada tingkat menengah juga dapat mempengaruhi perkembangan peradaban. Pada tingkat yang makin berkurang atau sebaliknya makin berlebihan hasilnya justru akan memperlemah pengaruhnya.
Gagasan mengenai tantangan lingkungan dan respon-respon perilakunya meski didasari oleh para penganut geographical determinism, ternyata seringkali merupakan bentuk-bentuk atau variasi-variasi teori yang diterapkan dalam psikologi lingkungan.
Sebagai contoh Barry, Child dan Bacon (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) mengusulkan
bahwa kebudayaan masyarakat pertanian (yang tidak nomaden) ternyata menekankan pola
asuh pada generasinya berupa: tanggungjawab, ketaatan, dan kepatuhan. Sebaliknya pada
kebudayaan nomaden pola asuh yang ditekankan adalah pada kemandirian dan akal.
Perbedaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada kebudayaan pertanian, orang tinggal dan bekerja bersama-sama dalam suatu komunitas yang tanpa mobilitas yang tinggi, sehingga yang dihasilkan adalah organisasi yang teratur. Hal tersebut tentunya akan lebih menekankan pola asuh kepada ketaatan dan kepatuhan. Lain halnya dengan orang nomaden yang lebih menyiapkan generasi mudanya untuk terbiasa dalam menghadapi situasi alam yang berubah dan tidak dapat diramalkan pada saat menjelajahi alam, sehingga yang lebih dibutuhkan adalah kemandirian dan akal. Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa suatu seting lingkungan tertentu memberi peluang yang terbaik bagi masyarakat penghuninya untuk mempertahankan diri.

Biologi Ekologi. Perkembangan teori-teori ekologi menunjukkan adanya perhatian terhadap adanya ketergantungan biologi dan sosiologi dalam kaitan hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dimana hal itu secara signifikan mempengaruhi pemikiran-pemikiran psikologi lingkungan. Dengan perkembangan ilmu ekologi, seseorang tidak dianggap terpisah dari lingkungannya, melainkan merupakan bagian yang integral dari lingkungan. Pendapat mengenai hubungan yang saling tergantung antara manusia dengan lingkungannya pada saat ini akan tampak pada teori-teori yang dikembangkan pada disiplin psikologi lingkungan.
Lingkungan dan penghuninya masih sering dikaji sebagai komponen yang terpisah, meskipun tidak ada keraguan lagi adanya hubungan yang saling tergantung di antara mereka.
Behaviorisme. Pengaruh penting lain yang merupakan pemikiran yang datang dari cabang
disiplin psikologi sendiri adalah behaviorisme. Pemikiran kalangan behavioris muncul
sebagai reaksi atas kegagalan teori-teori kepribadian untuk menerangkan perilaku manusia.

Pada saat ini secara umum dapat diterima bahwa dua hal penting yang menjadi pertimbangan adalah konteks lingkungan dimana suatu perilaku muncul dan variabel-variabel personal(seperti kepribadian atau sikap). Dengan mempertimbangkan kedua hal ini maka akan lebih dapatdiramalkan suatu fenomena manusiadan lingkungannya daripadajika dibuat pengukuran sendiri-sendiri.
Psikologi Gestalt. Psikologi Gestalt berekembang pada saat yang berbarengan dengan
behaviorisme dan lebih menekankan perhatian kepada persepsi dan kognisi sebagai perilaku yang tampak (overt behavior). Prinsip terpenting dari cara kerja kalangan Gestalt ini adalah bahwa objek-objek, orang-orang, dan seting-seting dipersepsi sebagai suatu keseluruhan, dimana hal itu lebih dari sekedar penjumlahan bagian-bagian. Dari pandangan Gestalt, suatu perilaku didasarkan pada proses kognitif, yang bukan dipengaruhi oleh proses stimulus tetapi dari persepsi terhadap stimulus tersebut. Pengaruh Gestalt pada psikologi lingkungan dapat dilihat antara lain pada kognisi lingkungan, misalnya untuk menjelaskan persepsi, berpikir, dan pemrosesan informasi lingkungan.

Dari beberapa perspektif di atas, Veitch & Arkkelin (1995) menekanlan adanya dua hal
yang perlu diketahui. Pertama, sebagaimanayang sudah disebutkan di atas bahwa pendekatan yang dipakai pada perspektf-perspektif di atas ada yang amat lebar dalam cakupan dan ada pula yang lemah dalam data empiris. Kedua, tidak ada grand theory dalam psikologi lingkungan, karena tidak ada pendekatan atau perspektif tunggal yang dapat menerangkan hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungannya secara memuaskan. Hal ini paling tidak disebabkan oleh empat hal:
(a) Tidak ada data yang cukup tersedia dalam kaitan hubungan manusia dengan
lingkungannya, sehingga dapat dipercaya untuk menyatukan teori
(b) Hubungan-hubungan yang dikaji para peneliti amaat sangat beragam
(c) Metode yang digunakan tidak konsisten
(d) Cara pengukuran variabel tidak selalu kompatibel dari suatu seting penelitian ke
penelitian berikutnya.


B. BEBERAPA TEORI
Beberapa pendekatan teori dalam psikologi lingkungan antara lain adalah: Teori Arousal,
Teori Stimulus Berlebihan, Teori Kendala Perilaku, Teori Tingkat Adaptasi, Teori Stres
Lingkungan, dan Teori Ekologi.
1. Teori Arousal (Arousal Theory)
Arousal (Pembangkit). Ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teori
telah berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang
dihasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah
bagian penting dari emosi. Contohnya, tingkat yang tinggi dalam keterbangkitan adalah
dalam kemarahan, ketakutan dan kenikmatan, sedangkan tingkat keterbangkitan yang rendah
adalah kesedihan dan depresi (Dwi Riyanti & Prabowo, 1997).
Mandler (dalam Hardy dan Hayes, 1985) menjelaskan bahwa emosi terjadi pada saat
sesuatu yang tidak diharapkan atau pada saat kita mendapat rintangan dalam mencapai suatu
tujuan tertentu. Mandler menamakan teorinya sebagai teori interupsi. Interupsi pada masalah
seperti dikemukakan tadi yang menyebabkan kebangkitan (arousal) dan menimbulkan
pengalaman emosional. Suatu hal yang dapat kita petik dari teori ini adalah bahwa orang
dapat memperlihatkan perubahan emosi secara ekstrim, misalnya bergembira atau bergairah
pada suatu saat, dan mengalami perasaan dukacita atau amarah pada saat yang lain.
Arousal dipengaruhi oleh tingkat umum dari rangsangan yang mengelilingi kita. Kita
dapat saja menjadi bosan atau tertidur, jika yang kita hadapi adalah hal-hal yang "tidak ada
apa-apanya". Suatu materi pelajaran yang tidak menarik dan sedikit sekali memberi manfaat
pada yang mendengarkan, membuat hampir semua yang mendengarkannya tidak bertahan
lama mengikutinya. Menurut Mandler, manusia memiliki motivasi untuk mencapai apa yang
disebut sebagai"dorongan-itemg//um0to/j0/m^^
arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnya. Hampir
semua orang yang memiliki motivasi ini dalam berinteraksi sehari-hari, namun ada beberapa
orang yang tidak responsif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya,
sehingga hanya dapat dimunculkan arousal-nya jika benar-benar dalam keadaan yang amat
membahayakan.

Sumber: Sabtu, 19 Desember 2009
http://elearning.faqih.net/2009/12/pendekatan-teori-dan-metode-penelitian.html