Rabu, 24 Maret 2010

Internet dan Explorasi Diri

Apakah internet dapat digunakan sebagai alat untuk eksplorasi diri? Pertanyaan tersebut bukanlah tanpa alasan mengingat bahwa banyak situs yang menampilkan berbagai test EQ maupun IQ. Selain itu teknologi dunia maya ini memberikan banyak kesempatan kepada individu untuk mengekspresikan diri secara unik. Namun demikian para Psikolog berpendapat, kalau seseorang gagal mengintegrasikan antara diri sejati dengan diri yang diekspresikan secara berbeda di internet, maka hal ini akan sangat berbahaya bagi pertumbuhan pribadi orang tersebut.
Mengenai dampak internet sebagai alat explorasi diri, para Psikolog memandang hal tersebut tergantung dari pribadi si penggunanya. Tentu internet akan bermanfaat jika mampu meningkatkan kehidupan seseorang, dan sebaliknya menjadi penyakit jika membuat kacau kehidupan orang tersebut. Pengaruh buruk akan terjadi jika internet digunakan sebagai sarana untuk mengisolasi diri. Banyak orang tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri terhadap komunikasi sosial entah karena keasikan ngebrowse atau karena internet dipakai sebagai pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadiannya. Hal itu dapat terjadi karena ada individu yang menampilkan kepribadian yang berbeda pada saat online dengan offline. Motivasi dibalik itu tentu berbeda antara satu orang dengan yang lain. Permasalahan akan rumit jika alasannya adalah karena individu tersebut tidak puas/suka terhadap dirinya sendiri (mungkin karena rasa minder, malu, atau merasa tidak pantas), lantas menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain sekali dari dirinya yang asli. Seringkali ia lebih suka pada kepribadian hasil rekayasa yang baru karena tampak ideal baginya. Padahal, menurut para Psikolog, hal ini tidak benar dan tidak sehat. Mengapa demikian?
Michelle Weil, seorang Psikolog dan pengarang buku terkenal, memberikan contoh konkrit tentang seorang gadis yang dijauhi oleh teman-temannya lalu kemudian menghabiskan waktu untuk mojok berchatting ria dengan menampilkan karakter yang sangat kontradiktif dengan karakter aslinya. Akibatnya, lama kelamaan ia semakin jauh dengan kenyataaan sosial yang ada, bahkan tidak bisa menerima diri apa adanya. Menurut pakar psikoanalisa terkenal seperti Erich Fromm, kondisi demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih lanjut menambahkan, bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian online yang berbeda dengan yang asli.
Tentu saja ada pengaruh positif dari penggunaan (bukan kecanduan) internet terhadap kepribadian seseorang. Reid Steere, seorang Sosiolog dari Los Angeles mengatakan, jika seseorang menggunakan internet sebagai media eksplorasi diri dengan kesadaran penuh, ia akan mengalami pertumbuhan sebagai hasil dari refleksi dirinya secara utuh melalui internet.

Sumber: E-Psikologi.com

Depresi dan penyakit Jantung

Penelitian mengungkapkan, depresi ternyata berhubungan dengan penyakit jantung baik pada pria maupun wanita. Tetapi hasil penelitian belum bisa menjelaskan mengapa wanita tidak memiliki kecenderungan meninggal akibat penyakit jantung.
Hubungan antara penyakit jantung dengan depresi masih ditelaah dalam penelitian lainnya. Laporan dari Ohio State University mengatakan, penelitian ini adalah yang pertama yang mendemonstrasikan bahwa wanita yang mengalami depresi tidak mempunyai kecenderungan bisa meninggal akibat penyakit jantung dibanding wanita yang tidak mendapat depresi.
Laporan yang dipublikasikan dalam Archives of Internal Medicine ini didasarkan pada data 5007 wanita dan 2886 pria yang terlibat dalam penelitian bertahun-tahun. Para responden ini tidak mempunyai penyakit jantung sejak 1982 sampai 1984 ketika penelitian dimulai, tetapi telah dievaluasi menderita depresi.
Mereka diikuti terus perkembangaannya sampai penelitian ini berakhir pada 1992. Penulis penelitian menyatakan, wanita yang menderita depresi memiliki 73 persen resiko lebih tinggi mengidap penyakit jantung dan kelainan jantung lainnya dibanding wanita yang tidak terkena depresi, tetapi resiko mereka tidak bertambah untuk meninggal akibat penyakit jantung.
Pria yang menderita depresi mendapat 71 persen resiko lebih tinggi untuk mendapat masalah penyakit jantung dan 2,34 kali mendapat kemungkinan meninggal akibat penyakit jantung dibanding pria yang tidak menderita depresi.
"Belum jelas mengapa depresi berhubungan dengan kasus penyakit jantung koroner tetapi tidak menyebabkan kematian pada wanita," ungkap hasil penelitian.
Secara keseluruhan hubungan antara depresi dan penyakit jantung muncul dan berhubungan dengan sejumlah faktor, termasuk fakta bahwa orang yang menderita depresi cenderung lebih suka merokok, memiliki tekanan darah tinggi dan mempunyai banyak masalah lainnya dengan tidak teraturnya detak jantung.(Kompas)

Sumber: E-Psikologi.com

Tidur Siang

Gagasan tentang tidur selama jam kerja memang terdengar sangat tidak etis, bahkan tidak jarang berkonotasi negatif. Namun kalau dilihat dari kenyataan yang diperlukan tubuh, gagasan tersebut mungkin perlu dipikirkan. The National Sleep Foundation USA melaporkan bahwa para pekerja cenderung mengantuk antara jam 14.00 dan 16.00 akibat menurunnya temperatur tubuh. Tekanan kerja yang dialami setiap hari mungkin dapat diringankan dengan melakukan tidur selama 15 sampai 20 menit untuk mengembalikan kesadaran, meningkatkan daya ingat dan mengurangi kelelahan. Namun demikian, menurut Joyce Walsleben, PhD, dari New York University Medical Center/Sleep Disorder Center, lamanya waktu tidur akan sangat berpengaruh terhadap kebugaran seseorang. Tidur lebih dari 30 menit tidak akan mengembalikan kebugaran yang kita inginkan. Sekali kita tertidur lebih dari 30 menit, berarti kita sudah masuk dalam masa tidur normal, dan ketika terbangun kita cenderung masih merasa grogi dan kehilangan orientasi ketika terbangun.

Sumber: E-Psikologi.com

Lari Dari Bayangan

Sebuah Penelitian yang dimuat di Journal of Personality and Social Psychology, 2000 Vol. 78, membuktikan adanya kontribusi dari karakter seseorang terhadap hambatan dalam berinteraksi dengan sesama. Penelitian ini mengungkapkan, bahwa orang cenderung menghindari interaksi dengan orang lain yang mempunyai jenis karakteristik yang sama-sama negatif. Contohnya, orang yang pemarah akan menjauhkan diri dari orang yang pemarah, dan seorang pembohong menjauhkan diri dari sesamanya yang pembohong pula ! Nah, bagian mana dari potret diri Anda yang tidak Anda suka sehingga selalu melarikan diri pada saat si cermin datang menghampiri ? Cobalah Anda pelajari diri sendiri dan temukan karakteristik yang menghambat kelancaran sosialisasi Anda.

Sumber: E-Psikologi.com

Pengemudi Pemarah dan Risiko Kecelakaan di Jalan Raya

Apakah Anda tergolong pemarah? Bila demikian berhati-hatilah jika Anda sedang mengemudikan kendaraan di jalan raya. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh beberapa ahli di Amerika menemukan bahwa seorang pengemudi yang tergolong pemarah lebih sering mengalami kecelakaan di jalan dibandingkan dengan pengemudi yang tidak pemarah. Menurut penelitian yang dimuat dalam Journal of Counseling Psychology, Vol.47, No, 1 tersebut, pengemudi yang tergolong pemarah ini lebih sering merasa cemas dan sulit mengendalikan amarah mereka sehingga sering menunjukkan perilaku agresif dan tidak jarang beresiko tinggi dan membahayakan bagi diri mereka sendiri dan orang lain

Sumber: E-Psikologi.com

Pembantu Otak!

Kopi yang baru saja dirajang adalah bensin utama bagi otak. Kafein terbukti menghambat proses penuaan dan membantu daya ingat otak untuk ingatan jangka pendek. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa mereka yang mengkonsumsi secangkir kopi akan lebih mudah memusatkan perhatian dan lebih tanggap saat menyelesaikan masalah.

Sumber: Majalah PARENTING INDONESIA, oleh buku Eat This Not That

Tahukah Anda?????

Kopi adalah antioksidan nomor satu yang dapat menghalau radikal bebas penyebab kanker.

Refrensi: Majalah PARENTING INDONESIA, oleh University of Scranton

Perilaku Retardasi Mental

Penderita mental tidak hanya mengalami Mental Retarded, tetapi juga mengalami Behavior Retarded.
► Secara Psikososial memiliki kedudukan khusus dalam keluarga.
● Menjadi kambing hitam dari semua masalah (merupakan proses
belajar menjadi agresif atau penarikan diri (withdrawl)
● Menjadi bayi terus (penebusan rasa bersalah orangtua)
● Sebagai pet/klangenan/kesayangan (reaksi formasi dari
ketidaksukaan)
► Dari Perkembangan Moral
● Kholberg menyatakan behwa perkembangan moral didasarkan
pada moral reasoning. Perilaku adalah ekspresi dari moral reasoning seseorang. Moral reasoning berkaitan dengan perkembangan kognisi seseorang. Sehingga penderita mental retarded yang kognisinya rendah, otomatis juga akan memiliki moral reasoning yang rendah, sehingga bentuk perilakunya adalah (sesuai derajat berat-ringannya retardasi mental yang dialami) agresi, hiperaktif, withdrwal (bila terus-menerus dapat disebut autism), penyimpangan seksual.

Sumber: Prabowo,hendro.[et al]. Psikologi pendidikan.Jakarta:Penerbit Gunadarma

Faktor Penyebab Retardasi Mental

Terdapat dua faktor penyebab Retardasi Mental, yaitu: sebab biologis serta sebab psikologis dan sosial.
a. Sebab Biologis
Sebab Biologis dapat terjadi pada masa Pranatal dan masa Pranatal dengan sebab yang tidak jelas.
1. Pranatal
♦ Secara fisik akibat infeksi, detoksifikasi (keracunan nikotin, kafein, alcohol), virus rubella, obat (thalidomide dan obat-obat penenang), sipilis, herpes simplex, dan AIDS.
♦ Secara fisik juga dapat disebabkan oleh keadaan traumatik seperti hypoxia (kekurangan oksigen), atau radiasi.
♦ Kelainan metabolism/nutrisi akibat diabetes mellitus, hipertensi tak terkontrol, kurang protein yang parah, phenylalanine hydroxylase.
2. Masa Pranatal tetapi penyebabnya tidak jelas
♦ Microcephallus (memiliki kepala abnormal, yang kecil sekali), hydrocephalus (memiliki kepala yang busung dengan kelebihan cairan serebrospinal sehingga akan merusak otak), dan meningocelle (cacat/abnormal di atas hidung).
♦ Kelainan kromosom (mongoloid, prematur, post-meteur (kelebihan bulan), berat badan di bawah minimum meskipun cukup bulan, bayi dan dari ibu yang mengalami psikosis).
b. Sebab Psikologi dan Sosial
Sebab Psikologi dan Sosial antara lain disebabkan karena dibesarkan dalam lingkungan primitif (masa pekanya terlewati tanpa adanya stimulan)

→ Semakin berat hambatan fisik yang dialami seseorang, semakin besar tingkat retardasi mentalnya. Bila retardasi tersebut diakibatkan oleh lingkungan, maka taraf retardasinya tidak akan terlalu rendah.

Sumber: Prabowo,hendro.[et al]. Psikologi pendidikan.Jakarta:Penerbit Gunadarma

Cacat Mental/Mental Retardation/Tuna Grahita

Grahita dalam bahasa Jawa berarti piker/memahami, jadi Tuna Grahita adalah ketidakmampuan dalam berpikir. Pengertian cacat mental atau mental retardation (MR) pada mulanya memang mengacu pada aspek kognitif saja (ketidakmampuan dalam berpikir), tetapi ternyata aspek kognitif yang rendah ini juga berpengaruh dalam fungsi-fungsi psikologi yang lain sehingga definisi-definisi mental retardation mengalami perkembangan.
Barometer internasional tentang cacat mental dapat kita lihat dalam AAMD (American Association on Mental Deficiency). Di Indonesia barometer yang khusus seperti AAMD memang belum ada, tetapi ada beberapa patokan yang dapat kita gunakan dalam PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III), yaitu: Karakteristik cacat mental, Kategori keterbelakangan mental, dan Faktor penyebab retardasi mental.

Sumber: Prabowo,hendro.[et al]. Psikologi pendidikan.Jakarta:Penerbit Gunadarma

Menghindari Tatapan

Minim kontak mata pada anak memang merupakan salah satu cirri gangguan autistic. Namun pada bayi lima bulan, kita tidak bisa langsung menentukan apakah hal ini merupakan gejala autistic atau bukan. Secara umum ada tiga ciri utama dari gangguan autistic:
1. Masalah dalam interaksi soaial.
2. Masalah komunikasi muncul dalam bentuk keterlambatan bicara atau tidak bisa bicara.
3. Anak autis biasanya memiliki obsesi terhadap suatu benda atau hal tertentu dan punya ritual yang spesifik.
Sebagian besar anak autis memiliki masalah sensorik yang menyebabkan mereka amat sensitif terhadap rangsang dari luar. Mereka tidak menyukai suara-suara yang ramai, cenderung tidak suka disentuh dan dipeluk, dan lebih suka menarik diri. Biasanya perkembangan motorik kasar dan halus juga terganggu. Penanganan yang tepat sejak usia dini dan intensif, akan membantu anak berkembang optimal.
Sumber: Majalah AYAHBUNDA, oleh Dra. Adriana S. Ginanjar, MS