Minggu, 30 Oktober 2011

Peranan Teknologi Informasi dalam Dunia Psikologi

Peranan Teknologi Informasi dalam Dunia Psikologi
Masa sekarang tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi telah mempengaruhi segala aspek kehidupan. Salah satu aspek yang ingin dibahas disini adalah keberadaan Teknologi Informasi dalam dunia profesi psikologi. Kehadiran teknologi internet yang semakin canggih telah merubah gaya hidup manusia dan tuntutan pada kompetensi manusia. Kini kehidupan manusia semakin tergantung pada komputer.

Adapun hal yang menggambarkan besarnya keterlibatan teknologi informasi dalam kehidupan manusia, seperti proses kerja yang digerakkan oleh komputer. Tersedianya fasilitas internet memungkinkan orang bekerja dari mana saja. Dalam dunia psikologi, orang bisa mencari informasi mengenai psikologi dari sarana internet, karena dari situ semua informasi dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Kini pengguna komputer dapat menambah pengetahuannya dalam berbagai bidang disiplin ilmu dengan mudah. Hal tersebut dapat menambah pengetahuan seorang yang bergelut di bidang psikologi. Namun, kerahasiaan mengenai alat tes psikologi menjadi semakin terancam, karena melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet.

Kini semakin sulit untuk merahasiakan alat tes karena begitu mudahnya berbagai tes diperoleh melalui internet. Implikasi dari permasalahan ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui internet tersebut.

Dalam bidang psikologi, seseorang dapat dengan mudah mengerjakan sesuatu dengan bantuan computer. Misalnya, pada bagian perekrutan karyawan. Banyak orang yang melamar di suatu perusahaan dan melaksanakan pengetesan melalui tes psikologi, maka banyak data yang harus diolah untuk dilihat hasilnya dan dipilih mana yang terbaik untuk menempati suatu jabatan tertentu. Hal tersebut tidak mudah untuk mengerjakannya, apalagi jika hanya dengan tenaga manusia saja atau manual. Disini peran computer sangat penting, data-data yang sudah masuk dapat langsung segera diolah dan dicari hasilnya tanpa harus menghitung atau menginterpretasikan secara manua. Hal tersebut dapat menghemat tenaga serta pikiran. Jadi semakin banyak hal yang masih bisa dilakukan dan dikerjakan oleh seseorang tersebut. Di dalam dunia profesi psikologi, peran teknologi informasi memang cukup membantu. Terutama dalam memasukkan hasil tes dan mengetahui hasilnya secara labih cepat dan praktis.

Namun, memang sepertinya dapat dilihat bahwa hasilnya tidak subjektif. Computer hanya dapat menggeneralisasikan suatu hasil yang sesuai dengan perintah yang ada di program tersebut tanpa mempertimbangkan aspek lain yang mungkin tidak tercantum dalam program tersebut.
Sumber: http://ceritasisca.blogspot.com/2011_03_01_archive.html

Ulasan/Opini:
Teknologi di Dunia terutama di Indonesia memang tidak bisa dipandang sebelah mata lagi, karena kemajuannya yang semakin pesat bagi umat manusia. Memang bila dilihat dari segi positif ada baiknya kemajuan teknologi itu untuk manusia baik dalam segi pengetahuan dan lain sebagainya, dimana kita bisa mendapatkan apapun melalui internet. Misalnya saja dalam bidang psikologi, disana kita bisa mendapatkan informasi tentang psikologi baik dalam layanan tes psikologi secara online, contoh-contoh alat tes psikologi, cara pengunaan/pengerjaan tes tersebut dan semua hal tentang psikologi dapat ditemukan semua dalam internet.

Hal ini juga yang bisa membuat kerahasiaan alat-alat tes psikologi semakin terancam. Dampak negatifnya dari keterbukaanya kerahasiaan alat tes tersebut, bisa membuat oknum-oknum lain untuk berbuat seenaknya dan membohongi orang yang terpengaruh oleh oknum tersebut, yang dimana oknum tersebut bukan orang yang dalam bidang psikologi. Ada juga yang bisa menjual-belikan tes-tes tersebut ke orang lain.
Mungkin seharusnya informasi mengenai alat tes psikologi lebih diperjaga kerahasiaannya dan tidak disebarluaskan mengenai contoh alat tes, cara pengunaan dan informasi-informasi lain seputar alat-alat tes tersebut. Ini demi untuk kerahasiaan dan kenyamaan bersama. Jadi, jika ada seseorang yang ingin mengetahui mengenai alat-alat tes psikologi dan semua informasi tentang dunia psikologi, bisa menanyakan kepada orang yang ahli atau yang menguasai dalam bidang tersebut.

Selasa, 19 April 2011

Privasi (artikel)

Sumber : http://www.hukumhiburan.com/id/index_sub.php?tab=artikel&judul=MEWASPADAI%20PELANGGARAN%20PRIVASI%20DI%20TELEVISI%20INDONESIA&tgl=2006-06-12&headerimage=cap08



penjelasan artikel yaitu, karena memang tidak berasal dari akar budaya masyarakat kita, maka perlindungan Privasi seperti tidak mendapatkan perhatian secara khusus. Seandainya pun ada ketentuan hukum yang mengaturnya maka pengaturan tersebut dilakukan secara parsial dan tidak menyeluruh. Hak atas Privasi dapat diterjemahkan sebagai hak dari setiap orang untuk melindungi aspek-aspek pribadi kehidupannya untuk dimasuki dan dipergunakan oleh orang lain (Donnald M Gillmor, 1990 : 281).

Menurut Altman (dalam Prabowo, 1998), mendefinisikan privasi adalah proses pengontrolan yang selektif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain. Menurut Prabowo (1998) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi privasi adalah faktor personal, faktor situasional, dan faktor budaya yang dimana bahwa pada tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapat privasi. Gifford (dalam Prabowo, 1998).

Pengaruh Privasi terhadap Perilaku, saat privasi kita terganggu maka secara langsung akan menimbulkan rasa tidak menyenangkan pada diri. Menurut Westin (dalam Prabowo , 1998) dengan privasi kita juga dapat melakukan evaluasi diri dan membantu kita mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi diri (personal autonomy). Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain.
Sedangkan Privasi dalam Konteks Budaya, faktor budaya berkaitan dengan erat dengan perbedaan tentang privasi ditiap kebudayaan yang ada.

Teritorialitas (artikel)

Sumber : http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=11300&coid=1&caid=27


Penjelasan dalam artikel yaitu ruang teritorial yang dimiliki negara akan menentukan kedaulatan, power, bahkan keamanan yang dimiliki negara. Karena itu, batas dan luas teritorial berperan amat signifikan dalam menentukan eksistensi suatu negara. Gagasan utama penentuan batas teritorial ini adalah untuk membedakan negara secara fisik. Selain itu, batas negara juga menjadi alat untuk mengontrol aliran barang, gagasan, dan ideologi.

Elemen-elemen Teritorialitas
menurut beberapa ahli yaitu:
1. Porteus (dalam Lang, 1987) mengidentifikasi 3 kumpulan tingkat spasial yang
saling terkait satu sama lain:
a. Personal space, yang telah banyak dibahas di muka.
b. Home Base, ruang-ruang yang dipertahankan secara aktif, misalnya rumah tinggal
atau lingkungan rumah tinggal.
c. Home Range, seting-seting perilaku yang terbentuk dari bagian kehidupan
seseorang.
2. Sedangkan menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari territorial, yaitu
a)Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
b)Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
c)Hak untuk mepertahankan diri dari gangguan luar
d)Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis
sampai kepada kepuasaan kognitif dan kebutuhan-kebutuhan estetika.

Stres (artikel)

Sumber artikel: http://vano2000.wordpress.com/2010/05/05/kesesakan-dan-perilaku-agresif-di-penjara/


Penjelasan dari artikel, jadi Salah satu penyebab timbulnya stress di penjara adalah kondisi penjara yang sangat jauh dari kondisi ideal. baik dari kondisi fisik penjara, terkadang ukurannya kecil, orangnya banyak, sehingga menyebabkan para tahanan cenderung merasa sesak akan kondisi tersebut dan membuat menjadi stress. Kesesakan yang terjadi di dalam penjara berdampak pada tingkat stress, agresifitas, dan bahkan bunuh diri.

Stress mempunyai hubungan positif dengan kesesakan. ketika seseorang mengalami kesesakan yang tinggi, maka tingkat stres pun tinggi. Di penjara, dengan kondisi yang serba terbatas, mulai dari ruangan yang sempit, informasi, dan hiburan terbatas, membuat tingkat stres cenderung tinggi. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya ruang gerak, serta keinginan untuk melakukan apa yang dimau.

Menurut teori behaviour constraint, lingkungan bisa membatasi seseorang dalam berperilaku. Bila hal itu terjadi, yang pertama muncul adalah perasaan tidak nyaman, dan perasaan negatif, dan bahkan bisa menimbulkan stress bila berlangsung lama.

Istilah stres itu sendiri menurut Lazarus (dalam Prabowo, 1998), stress adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal.
Jenis stres menurut Robbins ada Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak) dan Psychological stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang
penuh stress sebagai ancaman yang secara kuat menantang atau melampaui kemampuan copingnya. Sedangkan model stres menurut Cox (dalam Prabowo, 1998)salah satunya Overload, yang dimana ketika sebuah stimulus datang secara intens dan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi.

Ruang Personal (artikel)

Sumber artikel: http://vano2000.wordpress.com/2010/05/05/kesesakan-dan-perilaku-agresif-di-penjara/


penjelasan dari artikel jadi, di dalam penjara, Ketika seseorang mempersepsikan ruang personalnya dilanggar orang lain, maka akan menimbulkan keterbangkitan (arousal) pada diri orang tersebut.
Ruang personal menurut Goofman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah disekitar individu dimana dengan memasuki daerah orang lain, menyebabkan orang lain tersebut merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.

Ruang personal adalah area individu yang berada di sekitarnya, ketika ruang tersebut dilanggar, maka timbul perasaan yang tidak nyaman (Haim, dkk., 2002). Di penjara, dengan kondisi yang serba terbatas, akan memungkin terjadinya pelanggaran terhadap ruang personal seseorang. Ketika pelanggaran itu terjadi, maka dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan akan berlanjut mengalami kesesakan. Bila ini terjadi terus bisa menimbulkan perilaku agresif bagi orang yang dilanggar ruang personalnya.

Senin, 18 April 2011

kesesakan (artikel)

Sumber artikel;
http://vano2000.wordpress.com/2010/05/05/kesesakan-dan-perilaku-agresif-di-penjara/


dalam artikel, kesesakan yang terjadi dipenjara dalam teori kesesakan, muncul karena faktor lingkungan yang dimana capasity atau jumlah maksimum penghuni yang ditampung banyak. dalam teori perilaku, keadaan dapat dikatakan sesak apabila suatu kondisi yang membatasi aktifitas individu tersebut dalam suatu seting.
faktor lain yang memunculkan kesesakan yaitu faktor personal(berkaitan dengan tingginya kepadatan yang dapat memberikan kontribusi terhadap munculnya kesesakan) dan faktor sosial(berkaitan dengan kehadiran dan perilaku orang lain).

Stress

A. DEFINISI STRESS
Istilah stress dikemukakan oleh Hans Selye (dalam Prabowo, 1998) yang mendefinisikan stress sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Sedangkan menurut Lazarus (dalam Prabowo, 1998), stress adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Definisi lain dating dari Robert S. Feldman (dalam Fausiah. F dkk, 2007) stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku
Terdapat 3 fase dalam stress:
1. Fase alarm
2. Fase Resistensi, dan
3. Fase Exhausted (kelelahan)

B. MODEL STRESS

Cox (dalam Prabowo, 1998) mengemukakan 3 model stress, yaitu:
1. Response-based model
Stres model ini mengacu sebagai kelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Pusat perhatian dari model ini adalah bagaimana stressor yang berasal dari peristiwa lingkungan yang berbeda-beda dapat menghasilkan respon stress yang sama
2. Stimulus-based model
Memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimulus stress. Tiga karakteristik penting dari stimuli stress adalah:
a. Overload: Ketika sebuah stimulus dating secara intens dan individu tidak dapat
mengadaptasi lebih lama lagi
b. Conflict: Terjadi ketika sebuah stimulus secara stimultan membangkitkandua
atau lebih respon-respon yang tidak berkesesuaian. Cenderung bersifat ambigu,
dalam artian stimulus tidak memperhitungkan kecenderungan respon yang wajar
c. Unconrollability: Terjadi pada peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang
bebas/tidak tergantung pada perilaku diamana pada situasi ini menunjukan
tingkat stress yang tinggi.
3. Interactional model
Model perpaduan dari kedua model sebelumnya. Ini mengingatkan bahwa dua model terdahulu membutuhkan tambahan informasi mengenai motif-motif individual dan kempuan mengatasi. Prabowo (1998)
Pendekatan ini beranggapan bahwa keseluruhan pengalaman stress didalam beberapa situasi akan tergantung pada keseimbangan antara stressor, tuntutan dan kemampuan mengatasi. Prabowo (1998)

C. Jenis Stress
Setiap manusia tentu pernah mengalami stres. Stres menurut Robbins diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Stres yang terjadi pada setiap manusia itu berbeda-beda. Untuk lebih mengetahui jenis-jenisnya. Berikut jenis-jenis Stres dengan berbagai pendapat :
a. Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat
ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
sakit, penurunan, dan kematian.
b. Holahan menyebutkan jenis stress yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Systemic stress
Systemic stress didefinisikan oleh Selye sebagai respon non spesifik dari
tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan.
2. Psychological stres
Psychological stress terjadi ketika individu menjumpai kondisi lingkungan yang
penuh stress sebagai ancaman yang secara kuat menantang atau melampaui
kemampuan copingnya.

D. Stress Lingkungan
Dalam mengulas dampak lingkungan binaan terutam terhadap stress psikologis, Zimring mengajukan dua pengandaian. Pertama, stress dihasilkan oleh proses dinamik ketika orang berusaha memperoleh kesesuaian antara kebutuhan-kebutuhan dan tujuan dengan apa yang disajikan oleh lingkungan. Proses ini dinamik karena kebutuhan-kebutuhan individual sangat bervariasi sepanjang waktu dan berbagai macam untuk masing-masing individu terhadap lingkungannya juga berbagai macam. Kedua, bahwa variabel transmisi harus diperhitungkan bila mengkaji stress psikologisyang disebabkan oleh lingkungan binaan. Misalnya perkantoran, status, anggapan tentang control, pengaturan ruang dan kualitas lain dapat menjadi variabel transmisi yang berpengaruh pada pandangan individu terhadap situasi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah situasi tersebut menimbulkan stress atau tidak.
Lazarus dan Folkman (dalam Baron dan Byrne, 1991) mengidentifikasikan stres lingkungan sebagai ancaman-ancaman yang dating dari dunia sekitar. Singer dan Baum (dalam Evans, 1982) mengartikan stres lingkungan dalam 3 faktor, yaitu :
1. Stressor fisik (suara)
2. Penerimaan individu terhadap stressor yang dianggap sebagai ancaman (appraisal of
the stressor.
3. Dampak stressor pada organism (fisiologis)



Sumber:
Prabowo.H, (1998), Arsitektur Psikologi dan Masyarakat Seri Diktat Kuliah, Depok: Penerbit Gunadarma
Fausiah. F, Widury. J,(2005), Psikologi Abnormal Klinis Dewasa, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
http://www.elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab7-stres_lingkungan.pdf