Minggu, 28 Februari 2010

BERBICARA DENGAN ANAK ANDA

Katakan Keadaan yang Sebenarnya
Tanpa mengatakan keadaan si anak yang sebenarnya dapat menimbulkan persoalan di masa yang akan datang karena dia mungkin akan sadar bahwa dia berbeda dengan anak lain. Dia akan mengatakan tidak percaya kepada anda kalau anda mengatakan tidak ada apa-apa.
Jangan Membuat Sesuatu Menjadi Sulit
Pada saat kita membicarakan keadaan si anak, kita tidak perlu menjelaskan apa ADHD secara mendetil. Mungkin dia ingin mengetahui proses terapi yang akan dilakukan. Jelaskan dengan memakai analogi, misalnya: kalau ada kesulitan dengan mata, tulisan menjadi kabur dsb., maka kita harus pergi ke dokter mata dan mungkin pengobatannya adalah dengan memakai kacamata
Beri Motivasi
Anda seharusnya tidak memakai ADHD sebagai suatu alasan si anak tidak usah melakukan seperti anak ënormalí, jadi anda sebaiknya memberi penjelasan dan semangat untuk bisa mengatasi keadaan ini.Gunakan contoh-contoh dalam penjelasan, misalnya: ìOtak kamu sama seperti sebuah kereta api cepat yang sedang rusakî. Contoh lain: gunung berapi, robot atau pahlawan yang gagah perkasa yang butuh pertolongan untuk mengontrol tenaga mereka.
Jelaskan Spesifikasi Keadaan Anak
Dengan menjelaskan contoh-contoh spesifkasi persoalan anak akan membuat anak lebih mengerti. Ketika membicarakan tentang kata hati (impulsivity), jangan hanya mengatakan: ìKamu bertindak tanpa dipikir duluî, tetapi katakan: ìKamu tadi lari ke jalan tanpa melihat ke kiri dan ke kananî. Memberikan contoh-contoh spesifik bisa membantu si anak merasa bahwa ada orang yang memperhatikan dan mengerti apa yang sedang mereka alami.
Perbanyak Pengetahuan Mengenai ADHD
Khususnya bagi anak yang lebih besar, berdiskusi dengan seorang tenaga ahli kesehatan atau dengan anggota kelompok lain lebih mudah dibandingkan dengan berdiskusi dengan seorang anggota keluarga. Berikan si anak bukubuku tentang ADHD.


Penulis : Sumber: http://id.novartis.com/kenal_hiper.shtml
http://www.rsiahermina.com/article/art_detail.php?id=20

Penyebab ADHD

Hingga saat ini penyebab ADHD belum dapat dipastikan. Terdapat berbagai teori tentang penyebab ADHD, sebuah teori mengasumsikan konsumsi gula atau zat aditif yang berlebihan dalam makanan sebagai penyebabnya. Sedangkan teori yang lain menyatakan bahwa faktor genetis adalah penyebab utama.
Para ahli masih meneliti bagian otak tertentu dan zat-zat yang mempengaruhinya.
ADHD dapat ditengarai sejak anak berusia sangat kecil. Pada bayi, gejala yang nampak, adalah:
• Terlalu banyak bergerak, sering menangis, dan pola tidurnya buruk
• Sulit makan/minum
• Selalu kehausan
• Cepat marah/sering mengalami temper tantrum
Pada anak balita, gejala ADHD yang kerap terlihat, adalah:
• Sulit berkonsentrasi/memiliki rentang konsentrasi yang sangat pendek
• Sangat aktif dan selalu bergerak
• Impulsif
• Cenderung penakut
• Memiliki daya ingat yang pendek
• Terlihat tidak percaya diri
• Memiliki masalah tidur dan sulit makan
• Sangat cerdas, namun prestasi belajar tidak prima.
Tidak semua anak yang mengalami ADHD terlihat memiliki gejala ini, karena sangat tergantung pada tingkat ADHD yang diidap.
Solusi
Diketahui ada dua cara mengatasi untuk menangani ADHD; pharmacological dan nonpharmacological.
Penanganan pharmacological diterapkan tergantung pada hasil diagnosa dokter dan psikolog. Umumnya dokter memberikan obat-obatan pada anak.
Selama masa terapi ini, sangat disarankan agar orang tua senantiasa berhubungan dengan dokter. Hal yang penting diperhatikan saat terapi adalah dampak obat terhadap anak, seperti; penurunan berat badan, perubahan selera makan, sulit tidur malam, dan cenderung mengalami kepanikan.
Sedangkan nonpharmacological adalah cara alternatif menangangi ADHD tanpa obat, yaitu; pendidikan khusus, terapi perikalu dan psikoterapi seluruh keluarga.
Hingga saat ini para ahli masih meneliti dampak penanganan alternatif ini dalam mengembangkan disiplin dan rasa tanggung jawab pada anak pengidap ADHD.
Tip untuk orang tua:
Jika anak Anda diketahui mengidap ADHD, ada beberapa petunjuk praktis yang sangat disarankan oleh para ahli:
• Atur dan batasi kegiatan individual anak, seperti menonton televisi, bermain PS2, atau mendengarkan musik dengan earphone.
• Tetapkan sebuah tugas sederhana untuk dilakukan oleh anak setiap hari, seperti; membereskan mainannya, meletakkan handuk di gantungan sehabis mandi, dll. Cara ini dapat melatih anak berkonsentrasi.
• Kembangkan ketrampilan anak mengatur waktu dengan mengajaknya membuat jadwal harian
• Mengatur rutinitas anak berolahraga


Penulis : Sumber: http://id.novartis.com/kenal_hiper.shtml
http://www.rsiahermina.com/article/art_detail.php?id=20

Penanganan Anak ADD/ADHD

“Anak itu hampir tidak pernah bisa tenang, aktif sekali, seperti tidak pernah merasakan lelah, kenapa ya?” Kata seorang Ibu yang sedang menunggu putranya yang bersekolah di sebuah Taman Kanak-kanak. “Aku juga kurang tahu, aku pernah menyapanya, tapi dia mengabaikanku.” Ibu yang lain menimpali. Ada apa dengan anak itu? Seringkali kita akan menduga bahwa anak tersebut mengalami autis, istilah yang sekarang sudah awam didengar, atau mungkin hiperaktif, ini bahkan lebih awam lagi. Kekurangtepatan untuk menamai perilaku anak itu akan berdampak kekurangtepatan pula dalam penanganannya.
ADHD, istilah yang mungkin untuk sebagian kalangan masih awam. ADHD berawal dari hasil penelitian Prof. George F. Still, seorang dokter Inggris pada tahun 1902. Penelitian terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian yang disertai dengan rasa gelisah dan resah. Anak-anak itu mengalami kekurangan yang serius ‘dalam hal kemauan’ yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut diakibatkan oleh sesuatu ‘di dalam’ diri si anak dan bukan karena faktor-faktor lingkungan.
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, di Indonesia diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sederhananya dijelaskan bahwa ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Berawal dari masa kanak-kanak dan dapat berlanjut ke masa dewasa. Tanpa perawatan, ADHD dapat menyebabkan permasalahan serius di rumah, sekolah, pekerjaan, dan interaksi sosial di masyarakat.
Lebih mudahnya kita dapat melihat ciri-ciri yang mengkhaskan dari ADHD, antara lain:
1. Selalu bergerak, dan gerakan-gerakannya tidak beraturan, tidak terkontol serta tanpa sebab yang jelas.
2. Sering lupa terhadap segala hal, disebabkan kekurangmampuan untuk berkonsentrasi sehingga hal tersebut kurang pula diperhatikannya.
3. Sering bingung tanpa sebab yang kuat.
4. Kelabilan emosi, cenderung gelisah, resah, dan tidak tenang.
5. Kecenderungan mengganggu orang lain.
Ciri-ciri tersebut tidak dapat mewakili diagnosa untuk menentukan bahwa seorang anak mengalami ADHD atau tidak. Penentuan diagnosa, harus dipastikan melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh psikolog/profesional di bidangnya.
Ada beberapa faktor yang memungkinkan dapat terjadinya ADHD dialami oleh seorang anak, adalah sebagai berikut:
1. Genetika atau keturunan. ADHD mungkin dapat terjadi apabila ada salah satu dari orang tua atau leluhurnya yang mengalami ADHD.
2. Riwayat hidup kesehatan Ibu sebelum kehamilan dan sewaktu kehamilan serta saat melahirkan.
3. Penyakit yang pernah diderita Ibu berpengaruh pada kesehatan Ibu dan janinnya.
4. Konsumsi makanan dan minuman, gizi serta jaminan kesehatannya bagi Ibu hamil.
5. Pemakaian obat-obatan bagi Ibu hamil.
6. Pengaruh psikis dari Ibu hamil, stres, konflik rumah tangga, tekanan sosial dan ekonomi.
Bagi para orang tua, guru, dan pemerhati ADHD, kami ingin berbagi tips dengan anda, semoga dengan tips yang singkat ini kita dapat meningkatkan kemampuan dalam menangani ADHD, adapun tipsnya antara lain:
1. Menjaga kesehatan diri, hal ini sangat penting karena anda membutuhkan energi yang cukup untuk menangani anak ADHD.
2. Banyaklah belajar tentang ADHD, karena anda akan lebih mampu untuk membantu anak ADHD jika telah memahaminya.
3. Belajarlah ketrampilan tentang perilaku anak-anak. Mereka memerlukan bantuan bagaimana caranya berkomunikasi dengan orang lain secara normal.
4. Bantulah anak ADHD agar mampu menjaga diri mereka sendiri.
5. Bantulah anak ADHD supaya dapat bersekolah dengan baik. Hal ini karena ADHD menghambat kemampuan anak untuk bisa berhasil dalam sekolahnya. Dampingi mereka agar akademis, sosial, dan psikisnya tetap terkontrol.
6. Berikan dan bantu anak ADHD untuk melakukan tugas di rumah. Dibanding dengan anak-anak yang lain, mereka mengalami kesulitan berkomunikasi. Seringnya menghiraukan instruksi menyebabkan kekacauan dalam melakukan tugasnya sehingga menyebabkan ketidakselesaian tugas tersebut.
7. Sangat diperlukan, kepekaan, kesabaran, keikhlasan, ketekunan, dan ide kreatif agar dapat membantu anak ADHD dalam belajar, berketrampilan, dan memenuhi tugas di rumah dan sekolah.
8. Aktifkan diri anda. Banyak media yang tersedia, seperti: majalah, koran, CD interaktif, perpustakaan, internet, dan sebagainya.
Perilaku ADHD dapat di-minimaze, tentunya hal ini memerlukan dukungan yang solid dari lingkungannya. Akan sangat baik sekali apabila seorang anak mendapatkan konsumsi ASI (Air Susu Ibu) yang mencukupi. Hal ini akan membangun daya tahan tubuh/imun bagi anak, sehingga diharapkan anak yang mengalami ADHD memiliki kesehatan tubuh yang lebih baik dan mampu beraktivitas dengan lebih normal.

Penulis : Sumber: http://id.novartis.com/kenal_hiper.shtml
http://www.rsiahermina.com/article/art_detail.php?id=20

ADHD keterlambatan tumbuh-kembang anak

Mengenal Anak Hiperaktif (Gangguan Hiperkinetik)

Apa Itu Anak Hiperaktif?
Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Apa Itu Gangguan Hiperkinetik atau GPPH/ADHD ?
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktiv dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.

Apakah Ada Ciri-ciri Lain Yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD) ?
Ciri-ciri lain yang sering menyertai gangguan hiperkinetik adalah :
§ Kemampuan akademik tidak optimal
§ Kecerobohan dalam hubungan sosial
§ Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya
§ Sikap melanggar tata tertib secara impulsif
Bilamana Anak Disebut Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD)?
§ Mengalami kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, mendengarkan guru dan permainan.
§ Hiperaktivitas, selalu bergerak dan tidak bisa tenang
§ Impulsivitas, melakukan sesuatu tanpa dipikir terlebih dahulu

Berbagai Tipe Hiperkinetik atau GPPH/ADHD :
§ Tipe sulit konsentrasi
§ Tipe hiperaktiv - impulsiv
§ Tipe kombinasi

Apa Akibatnya Bila Anak Menderita Gangguan Hiperkinetik (GPPH/ADHD)?
§ Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik
§ Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua
§ Anak sulit didisiplinkan

Apabila Gangguan Hiperkinetik (ADHD) Tidak Diobati maka akan :
Menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah, sehingga dapat mengakibatkan perkembangan anak tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku di kemudian hari.
Kondisi Lain yang Menyertai Gangguan Hiperkinetik :
§ Gangguan tingkah laku
§ Gangguan sikap menentang
§ Depresi
§ Gangguan cemas
§ Kesulitan belajar
§ Retardasi mental
§ Gangguan pemusatan perhatian (disorder of attention)
§ Gangguan pengendalian motorik (disorder of motor control)
§ Gangguan persepsi (disorder of perception /DAMP)
§ Autisme
Penulis : Sumber: http://id.novartis.com/kenal_hiper.shtml
http://www.rsiahermina.com/article/art_detail.php?id=20

Memusatkan Perhatian Si Hiperaktif

Aldo, siswa kelas III Sekolah Dasar Muhammadiyah Rawamangun, Jakarta Timur, tampak tak bisa duduk tenang. Energi anak itu seperti tiada habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke sana-kemari dan sering mengganggu teman-temannya. Tak heran bila di sekolah, semua teman Aldo tidak menyukainya. Mereka beranggapan Aldo musuh besar atau troublemaker yang selalu membuat kesal atau menyulut kemarahan banyak orang, termasuk guru di sekolah. "Aldo merupakan salah satu contoh anak dengan kondisi attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), biasa juga disebut gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Di Indonesia, ADHD merupakan gangguan tingkah laku yang paling sering dijumpai pada anak-anak dengan tingkat prevalensi 13-19 persen," tutur Hardiono D. Pusponegoro, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, menerangkan kondisi Aldo.


Pekan lalu di sebuah seminar, Kepala Subbagian Saraf Anak, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, itu menjelaskan soal perilaku ADHD. Ia mengatakan, secara umum gejala ADHD akan mudah dikenali setelah si anak bersekolah. Dari sebuah penelitian kedokteran dunia terbukti kasus ini pada anak laki-laki tiga kali lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Diperkirakan lebih dari 50-60 persen penderita ADHD sejak kecil atau masa kanak-kanak akan tetap memiliki gejala-gejalanya sampai ia berusia dewasa.


Lalu, apa sebenarnya penyebab ADHD? Sambil senyum Hardiono yang menyelesaikan program S-2-nya pada Ilmu Kesehatan Saraf Anak The Children's Hospital Camperdown, Australia, ini mengatakan, penyebab pasti ADHD belum diketahui, meskipun ada bukti-bukti secara biologis yang mempengaruhi dopamine dan norepinerefrin. Di otak, dopamine merupakan zat yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan hubungan sosial, serta mengontrol aktivitas fisik. Sementara itu, norepinerefrin berperan dalam kemampuan berkonsentrasi, memusatkan perhatian dan perasaan.


Karenanya, ADHD sangat bisa diturunkan, meski penelitian mengenai keterlibatan gen-gen tertentu baru berjalan pada tahap awal. Anak-anak yang memiliki orangtua dengan ADHD cenderung lebih tinggi menderita ADHD. Karakter keluarga dan faktor-faktor lingkungannya memiliki peranan penting untuk menimbulkan gejala-gejala ADHD.


Biasanya gejala ADHD sudah dapat diketahui saat anak berusia di bawah 7 tahun. Gejalanya akan muncul minimal selama enam bulan berturut-turut dan biasa dijumpai di dua lingkungan berbeda rumah dan sekolah. Secara umum ada tiga gejala utama, yaitu gangguan pemusatan perhatian (inattention), hiperaktivitas, dan impulsitivitas atau mudah terangsang. Hadiono menyebutkan, gejala anak ADHD tampak kurang memusatkan perhatian, sering melakukan kesalahan-kesalahan akibat kecerobohannya, kesulitan menerima pelajaran, sering gagal menyelesaikan tugas, perhatiannya mudah teralihkan, sukar duduk diam, selalu tergesa-gesa, sering menggerak-gerakkan kaki dan tangan, sering meninggalkan tempat duduknya, berlari kian kemari, sulit bermain dengan tenang, bicara berlebihan, tak mau menunggu giliran, selalu menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan diajukan, senang mengganggu teman, guru, adik, kakak, dan orangtua, serta ingin selalu melakukan interupsi pembicaraan orang lain.


Dokter Ika Widyawati, pengajar senior di Subbagian Psikiatri Anak dan Remaja RSCM dan Fakultas Kedokteran UI, sependapat dengan penjelasan Harsudiono. Wanita yang menyelesaikan pascasarjananya di bidang psikiatri anak dan remaja di Universitas McGill, Montreal, Kanada, ini menambahkan gejala di atas tadi menjadi hambatan utama anak ADHD dalam mengontrol hiperaktivitas, impulsivitas, dan kurang dapat memusatkan perhatian. "Karena anak ADHD mengalami gangguan pemusatan perhatian, mereka memiliki prestasi buruk di sekolahnya. Belum lagi kesulitan dalam perkembangannya. Bagi anak di masa awal sekolah sangat sulit untuk bicara atau mengungkapkan ide dan emosinya. Mereka jadi susah belajar dan mengalami keterlambatan dalam penguasaan bahasa," kata wanita yang menaruh minat utama soal ADHD, autisme, dan kesehatan mental anak.


Berdasarkan pengalaman Ika menangani konsultasi penderita ADHD, mereka menjadi risau bila tidak ditangani sejak dini akan menyulitkan untuk melakukan pengobatan. Dari pengalamannya ada juga penderita ADHD remaja, dewasa, dan orangtua yang berdampak dengan perilaku, terutama emosional, pekerjaan, lingkungan sosial, kecelakaan, kriminalitas, penyalahgunaan obat terlarang, dan gejolak menyulut di dalam rumah tangganya. "Dari hasil penelitian, penderita ADHD mengalami tingkat stres yang tinggi sebab ia merasa seolah-olah dikucilkan teman dan lingkungan sosialnya. Tak bisa dihindari ia akan gampang depresi, rendah diri, dan melarikan diri pada ketergantungan alkohol, obat-obatan, dan masalah perceraian. Kondisinya sungguh menyeramkan. Maka, saya selalu sarankan bila ada orang yang memiliki anak dengan gejala di atas sebaiknya segeralah diperiksa ke dokter. Seandainya ia positif menderita ADHD, akan lebih mudah diobati," ujar wanita berkacamata ini.


Ika menyarankan untuk membantu penderitanya bisa dengan mengontrol gejala-gejala tadi, lalu memusatkan perhatian dengan cara melakukan terapi obat, terapi perilaku, edukasi, dan sosial yang disesuaikan dengan keadaan si penderita. Untuk menangani penderita ini harus mendapat dukungan dari orangtua, keluarga guru, serta lingkungannya. "Berdasarkan penelitian dari National Institute of Mental Health (NUMH) Amerika Serikat, terapi obat dan terapi perilaku memberikan hasil yang lebih baik bagi penderita ADHD."


Menurut dia, khusus terapi obat yang paling sering diresepkan bagi penderita ini obat golongan stimulan methylphenidate. Berdasarkan American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACP) stimulan merupakan medikamentosa terbaik untuk ADHD. Penelitiannya menunjukkan 70 persen anak penderita ADHD memberi respons yang baik terhadap methylphenidate, terbukti sudah digunakan selama berpuluh-puluh tahun menunjukkan pengurangan pada gejala gangguan pemusatan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsitivitas.


Menurut Dokter Yanwar Hadiyanto dari bagian penelitian obat baru Janssen Cilag Indonesia, divisi Johnson Johnson, selama ini methylphenidate immediate release yang sering dipakai para anak penderita ADHD hanya bekerja selama empat jam dan digunakan sehari dua sampai tiga kali. Lalu, methylphenidate slow release yang memiliki masa efektivitasnya atau jam kerjanya berdurasi pendek, tidak mencapai 12 jam. Padahal, berdasarkan riset yang dilakukan di tempatnya aktivitas anak ADHD berlangsung sepanjang hari dan memiliki kegiatan yang cukup padat mulai bangun tidur hingga kegiatan di sekolah.


Menurut Yanwar, berdasarkan kondisi ini, maka Jansen Cilag melakukan pengembangan dan menemukan obat ADHD yang ideal. Obat baru dengan teknologi OROS hanya diminum dengan dosis satu kali sehari, tetapi bekerja secara efektif selama 12 jam, sehingga lebih memusatkan perhatian, mengontrol gejala hiperaktivitas dan impulsitivitas. Obat yang diberi nama CONCERTA ini harus diberikan dengan resep dokter dan sudah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BP POM), Departemen Kesehatan. "Kelebihannya menghilangkan kondisi pemberian obat dengan dosis dua atau tiga kali sehari, jadi lebih menyederhanakan. Anak tidak perlu minum obat lagi di sekolah. Minum CONCERTA pagi sekali langsung efektivitas kerjanya berlangsung hingga 12 jam memungkinkan si anak akan terkontrol lebih lama," paparnya panjang.


Meski menyambut baik penemuan ini, dokter Ika dan Hardiono sepakat terapi pengobatan harus seiring berjalan dengan terapi perilaku. "Semua itu tidak selesai dalam waktu instan. Di negara mana pun terapi anak ADHD memerlukan waktu cukup panjang yang harus dikerjakan dengan teliti serta sabar. Paling cepat bisa dicapai dalam jangka waktu dua sampai lima tahun," kata dokter Ika yang dibenarkan dengan anggukan kepala Hardiono. Memang faktanya untuk memusatkan perhatian, mengontrol gejala hiperaktivitas dan impulsitivitas tidak bisa dalam waktu sekejap. hadriani p

Sumber berita - www.korantempo.com/news/2004/9/6/Gaya%20Hidup/36.html 6 September 2004

Mengambil Keputusan Atas Pengobatan

Penelitian menunjukkan bahwa obat stimulan bisa membantu banyak anak yang mengidap ADHD, sekalipun beberapa anak tidak menunjukkan respon terhadap pengobatan dengan alasan yang belum bisa diketahui sampai saat ini. Bagi sebagian besar anak, sebagaimana bagi para orang tua dan guru mereka, manfaat penggunaan Ritalin dan Dexedrine jauh melampaui kelemahannya. Seringkali didapatkan kasus di mana anak-anak yang mengalami gangguan perilaku yang sangat serius, tetapi telah diberikan obat-obatan stimulan perilaku ini mengalami kemajuan yang amat berarti.
Anda juga harus selalu kritis terhadap keputusan anda tersebut. Beberapa orang mengatakan bahwa jumlah penggunaan resep Ritalin saat ini semakin meningkat, hal ini ~ menurut mereka ~ dikarenakan kemalasan para orang tua dan guru, karna memberikan obat lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan berusaha untuk mengubah perilaku anak. Pendapat seperti ini tidaklag fair. Stimulan hanya bisa meringankan sang anak, bukan orang tuanya, dan apa saja yang dibutuhkan anak harus ditempatkan di atas segalanya dalam membuat keputusan mengenai pengobatan seperti apa yang akan diberikan pada anak. Sekalipun anak mendapatkan pengobatan, para orang tua dan guru harus selalu memperhatikan anak untuk membantunya belajar dan beradaptasi dengan perilaku-perilaku baru dan berprestasi dalam pelajarannya di sekolah. Perbedaannya terletak disini; sekali saja anak mampu berkonsentrasi, kerja pendampingan para orang tua dan guru akan menjadi lebih konstruktif.
Ritalin telah terbukti aman digunakan selama lebih dari empat puluh tahun dan didukung oleh berbagai penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun yang secara khusus didedikasikan untuk mengetahui dampaknya pada kesehatan anak serta perkembangan anak secara lebih luas.

Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).
Think jogjakarta:Jogjakarta.

Apakah Obat Stimulan Benar-Benar Membantu Anak-Anak yang Mengidap ADHD?

Penelitian mengenai pengaruh stimulan terhadap anak-anak hiperaktif pertama kali dilakukan pada tahun 1937, ketika DR Charles Bradley, seorang dokter dari Amerika, menggunakan Benzedrine, salah satu jenis obat stimulan untuk sistem saraf pusat. Benzedrine ini digunakan untuk menerapi anak-anak yang hiperaktif yang disertai penyakit radang otak yang disebabkan virus (viral encephalitis). Ia menemukan bahwa stimulan bisa mengurangi kebiasaan terusik pada anak-anak destraktibel dan overaktif. Ia kemudian mempublikasikan hasil penemuannya ini dan beberapa waktu kemudian dokter-dokter lainnya mulai menggunakan stimulan untuk menerapi anak-anak yang menderita apa yang pada waktu itu dikenal dengan istilah ‘hyperkinesis’ atau ‘minimal brain dysfunction’ ~ kelainan fungsi otak minimal. Pada tahun 1959 kalangan dokter mulai menggunakan methylphenidate (Ritalin) dan ini kemudian menjadi lebih popular dalam terapi untuk gangguan hiperaktif.
Semenjak penemuan Bradley pada tahun 1937 tersebut, lebih dari 100 terapi klinis dilakukan dengan menggunakan pengaruh obat stimulan seperti Ritalin dan Dexedrine terhadap anak-anak yang mengalami gangguan ADHD. Penelitian-Penelitian yang menggunakan control telah berhasil menemukan fakta bahwa sekitar 80% anak-anak yang mengalami ADHD mengalami kemajuan yang berarti setelah mendapatkan pengobatan dan perilaku hiperaktif mereka menjadi berkurang, bisa memberikan perhatian dengan lebih terfokus terhadap tugas-tugas sekolah atau aktivitas-aktivitas lainnya. Adapun apabila pemberian pengobatan dengan dosis yang berbeda dari stimulan yang diberikan pertama kali tidak membuahkan hasil yang lebih baik, data yang didapatkan para peneliti tersebut tetap mengungkap kenyataan bahwa proporsi anak-anak pengidap ADHD yang mendapatkan manfaat dari pemberian obat stimulan tersebut sebesar 85%-90%.



Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).
Think jogjakarta:Jogjakarta.

Bermain Pura-Pura

Lewat permainan pura-pura (make believe) batita belajar:
♦ Keterampilan Baru. Bermain pura-pura mensyaratkan batita aktif berkegiatan secara berinisiatif melakukan berbagai hal secara mandiri. Keterampilan si kecil makin terasah, berbagai keterampilan baru juga diperoleh si batita
♦ Mengembangkan Imajinasi. Sambil mewujudkannya secara nyata. Imajinasi punya banyak teman berwujud nyata melalui kehadiran robot-robotnya.
♦ Mengasah Memori. Yang pernah dilihatnya dilakukan ibu atau ayah, kini ia lakukan sendiri. Mengandalkan ingatannya akan berbagai hal disekitarnya, make believe selain menghibur, juga ajang melatih ingatan.
♦ Melatih Komunikasi. Bermain bersama robot kesayangan mengasah kemampuan bicara dan komunikasi si batita.

Sumber: Majalah AYAHBUNDA

Ragam Permainan Anak Usia 18-24 Bulan

Bermain Motorik
♦ Keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuhnya semakin matang
♦ Kegiatan bermain juga kesempatan untuk malatih keterampilan motorik: melompat,
berlari, memanjat, berjingkat dan lainnya.

Bermain Sosial
♦ Mengenali orang lain diluar dirinya adalah sesuatu yang mengasyikkan.
♦ Berkomunikasi dua arah, empati dan bersosialisasi dapat dilatih melalui kegiatan
bermain bersama teman seusia.

Bermain Konstruktif
♦ Kemampuan spasial dan kognitif membuatnya mampu melihat dengan perspektif lebih
luas. Sekaligus menyusun berbagai benda secara vertikal.
♦ Menyusun kotak kemasan biskuit, balok atau benda sebangun berjumlah 6 menjadi menara.

Copy Cat (Meniru)
♦ Mampu mengingat suara, gerak-gerik dan mimik orang lain.
♦ Ingatanya berkembang secara pesat, ia mampu mengikuti gaya ibu memberinya susu
dan cara ayah mengendarai mobil.

Sumber: Majalah AYAHBUNDA

Dampingi Si Kecil Mengeksplorasi Dunia Dengan Aman

Memasukkan Mainan & Benda ke Mulut
Mulut adalah “jendela dunia” bagi balita. Di rahim pun mereka sudah menghisap jari mereka. Dengan memasukkan benda dalam mulut, mereka mengenal sensasi rasa lembut, keras, ukuran, bentuk, tekstur, rasa dan berat. Pada saat gigi mereka tumbuh, mereka semakin sadar akan mulutnya dan semakin ingin memasukkan benda dalam mulut. Sehingga memasukkan benda dalam mulut dan berinteraksi dengan lingkungan adalah tingkah yang wajar bagi balita dan sebenarnya adalah bagian dari pembelajaran mereka. Bahkan, saat bayi menghisap jari dan mainan dalam mulut di usia 4-6 bulan, ia sebenarnya belajar mengatur sensori yang akan mengurangi kemungkinan ia tersendak makanan.
Kegiatan Luar Ruangan
Sebagai orang tua, sebenarnya ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk membantunya berkembang di tahap eksplorasi ini. Perlu diketahui bahwa pada usia ini ballita juga perlu berinteraksi dengan luar ruangan agar dia belajar mengenai alam. Alam membantunya merasa positif mengenai dirinya dan sekitarnya. Ia juga akan belajar mandiri dan percaya diri. Membangun istana pasir contohnya, mungkin terlihat sederhana, tapi balita akan belajar mengenai kreativitas, menemukan hal baru dan imajinasi.
Dengan demikian biarkan balita belajar dengan menggunakan mulutnya. Biarkan juga balita bermain diluar. Jangan batasi dia. Yang dapat kita lakukan adalah menjaga agar dia tidak mudah sakit karna terkena kuman. Dan tak lupa juga untuk membantu si kecil membangun imunitas yang kuat.
Nutrisi Tepat Si Anak Hebat
Langkah yang dapat kita lakukan untuk membangun imunitas si buah hati diantaranya adalah:
1. Nutrisi
Nutrisi akan membantu meningkatkan imunitasnya. Pastikan juga nutrisinya tepat untuk kesehatan.
2. Prebiotik
Prebiotik akan menjadi makanan bagi bakteri yang secara alami sudah ada dalam saluran cerna si kecil. Membantu meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dan menghambat pertumbuhan bakteri jahat.
3. Susu
Minuman ini sudah dibuktikan selama bertahun-tahun lamanya karna kandungannya yang menyehatkan tubuh. Agar bisa memetik manfaat optimal, pilihlah susu yang mengandung prebiotik.

Sumber: Majalah AYAHBUNDA

Teka-Teki Silang.

Anak Jadi Pintar Berbahasa, Fokus, Sabar dan Teliti

Menanamkan sikap sabar serta fokus dalam dunia anak yang begitu spontan dan berwarna, kadang menjadi kesulitan tersendiri bagi orang tua. Tingginya kemelitan anak dan hasratnya mencoba banyak hal, membuat mereka kadang tak bias fokus dan sabar. Ternyata TTS alias teka-teki silang bukan hanya membuat anak meningkat kosa katanya, tetapi juga melatih memfokuskan pikiran dan bersikap sabar dan teliti dalam mengerjakan apapun.
Pada dasarnya anak yang sudah bisa membaca dan menulis sekitar usia 5-6 tahun, sudah bisa diperkenalkan dengan teka-teki silang, dengan tingkat kesulitannya disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Sehingga anak tetap menikmati proses pengerjaannya dan tak merasa terbebani.
Fokus dan Sabar
Mengisi TTS dapat menjadi pilihan bermain bagi anak, jika dilakukan dalam keadaan menyenangkan. Anak diajak memainkan imajinasinya untuk menghasilkan sebuah kata yang tepat sesuai pertanyaan melalui stimulus satu huruf baik di awal, tengah maupun akhir.
Mengisi TTS ini memerlukan kesabaran, fokus serta pengetahuan umum yang memadai sesuai tingkatan usia dan kemampuan anak. Saat anak mulai mencocokkan urutan pertanyaan, sesungguhnya hal tersebut dapat mengasah kecekatan, dimana kegiatan ini memerlukan koordinasi mata dan tangan dan juga anak membiasakan diri untuk fokus serta konsentrasi agar menulis jawaban pada kotak yang tepat.
Butuh Kejelian
Dalam mengerjakan TTS anak tak selalu mulus dalam menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada. Ada kalanya anak menemukan pertanyaan yang sangat mudah namun bukan tak mungki dia terhadang kesulitan. Hal ini dapat dijadikan keuntungan jika mereka jeli melihatnya. Karna ditengah kesulitannya menemukan jawaban yang harus diisi ke dalam deretan kotak tersebut, sesungguhnya tanpa disadari anak tengah belajar mengendalikan emosi dan bersabar dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Di sini pun anak dapat belajar memecahkan suatu oermasalahan dengan cara serta usahanya sendiri.
Variasi Pertanyaan
Misalnya dengan menetapkan kosa kata yang akan di ajarkan, masukkan dalam tema besar terlebih dahulu agar fokus dan tak melebar. Jika memungkinkan, bentuklah bagian hitam yang diluar kotak dengan bentuk-bentuk yang lucu, seperti buah-buahan atau tokoh kartun agar anak tertarik mengisinya. Hal terpenting lainnya adalah berikan TTS yang sesuai dengan usia serta kemampun anak, agar permainan tetap menyenangkan untuk dilakukan dan tak terkesan membebani anak di luar batas kemampuannya.
Pengawasan Orang Tua
Permainan jenis ini sesungguhnya bersifat adiktif sehingga memungkinkan anak untuk ketagihan. Jika anak berhasil memecahkan satu jawaban, maka dapat dipastikan ia akan tertantang memecahkan jawaban berikutnya yang levelnya lebih sulit, begitu seterusnya.
Saat anak asik dengan dunianya sendiri dengan menarik diri dari pergaulan adalah awal dari berbagai macam masalah psikologis yang kemungkinan dapat muncul di kelak kemudia hari. Di sinilah peran orang tua dalam mendampingi serta mengawasi anak benar-benar dibutuhkan. Rasanya akan lebih baik jika saat mengerjakan TTS ini orang tua mendampingi, ikut meramaikan suasana dan jadikan sebagai family gathering yang dapat mempererat hubungan dengan anak sekaligus menciptakan quality time.


Sumber: Majalah MOM&KIDDIE.,oleh Citra Andinna

Manajemen Perilaku Dalam Terapi Anak Penderita ADHD

Ada tiga elemen penting yang menentukan keberhasilan manajemen perilaku:
• Biarkan anak memahami apa yang diharapkan dari dirinya. Antara anak dan orang dewasa perlu bertukar pemahaman mengenai perilaku-perilaku seperti apa yang bisa diterima, dan apa saja konsekuensi yang ditimbulkan dari masing-masing perilaku tersebut.

• Pastikan bahwa setiap penguatan atau pemghargaan memiliki arti. Ini berarti bahwa penghargaan haruslah berupa sesuatu yang benar-benar diinginkan anak dan merupakan hal yang ia lakukan. Demikian juga, karena anak penderita ADHD memiliki kemampuan durasi konsentrasi yang terbatas, penghargaan yang diberikan kepadanya harusnya dilakukan sedikit demi sedikit tetapi dengan tingkat frekuensi atau keseringan yang tinggi. Jangan berikan penghargaan secara sekaligus dan sekali tempo. Menjanjikannya membelikan sepeda pada akhir kelas apabila nilai rapor sekolahnya bagus tidak akan efektif bila dibandingkan dengan menewarkan hadiah-hadiah kecil setiap hari untuk mendorongnya berperilaku seperti yang kita ingingkan.

• Buatlah kesepakatan dengan pasangan anda. Modifikasi perilaku tidak akan bisa dilakukan apabila anda melakukannya seminggu sekali. Ia tidak akan pernah bisa berhasil apabila salah satu orang tua menerapkan pemberian penghargaan sementara orang tua yang salah satunya lagi tidak melakukannya. Penguatan haruslah konsisten, sehingga dengan demikian anak akan selalu memahami dimana ia sedang berada.




Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).
Think jogjakarta:Jogjakarta.

Apakah Pelatihan Bersosialisasi Dapat Memperbaiki Perilaku Anak-Anak Yang Mengalami ADHD

Banyak anak-anak penderita ADHD yang mengalami kesulitan dalam menjalin interaksi sosial yang baik dengan anak-anak lainnya. Mereka tidak memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang sebenarnya secara alamiah tumbuh dan berkembang pada anak-anak lainnya, seperti memberikan salam atau menyapa bila bertemu dengan orang lain, berbicara dengan luwes dan nyaman, tersenyum dan mengatakan hal-hal positif kepada orang lain. Para peneliti mendapatkan fakta bahwa kemampuan bersosialisasi bukan hanya merupakan permasalahan yang terjadi antara anak-anak penderita ADHD dengan teman-teman mereka, tetapi juga dengan orang tua dan guru mereka.
Sebagian besar anak-anak belajar dari pengalaman yang mereka dapatkan. Ketika mereka diperlakukan secara sopan dan baik, mereka akan memberikan respon yang sama menyenangkannya dengan perlakuan yang diberikan kepada mereka tersebut. Mereka belajar untuk menjadi sosok yang bersahabat karena mereka senang mendapatkan banyak sahabat, dan belajar untuk bersosialisasi karna pada umumnya mereka ingin menjadi bagian dari sebuah kelompok atau komunitas, mereka tidak senang dianggap sebagai orang asing. Akan tetapi anak-anak yang mengalami ADHD tidak memiliki kemampuan seperti ini, mereka tidak mampu memikirkan konsekuensi-konsekuensi atas perilaku yang mereka perbuat. Mereka biasanya mengatakan apa yang pertama kali terlintas dalam benak mereka ketika bertemu dengan seseorang, dan apa yang dikatakannya tersebut bukanlah pujian kepada orang yang bertemu dengannya. Mereka mengucapkan kata-kata apa saja tanpa bisa mengontrolnya, sehingga terkadang bisa menyinggung perasaan orang yang bertemu dengannya tersebut.
Ketika sedang melakukan percakapan mereka mudah terganggu oleh apa saja yang ada disekelilingnya, tidak bisa konsentrasi dan terkesan tidak tertarik pada pembicaraan yang sedang mereka ikuti, keadaan seperti ini membuat orang yang sedang berbicara dengan mereka merasa bahwa dirinya bodoh dan kurang dihargai oleh anak-anak penderita ADHD. Mereka bisa dengan tiba-tiba memotong pembicaraan orang lain, atau berhenti berbicara secara mendadak ketika ada obyek lain yang ia lihat, yang mana suasana seperti ini membuat orang yang sedang bercakap-cakap dengannya merasa tertolak. Anak-Anak non-ADHD tidak terlalu bisa bersabar dengan jenis perilaku seperti ini, dan seorang anak yang tidak memiliki kemampuan bersosialisasi bisa dengan mudah terisolir bahkan terusir dari komunitas dimana ia berada, anak-anak seperti ini hanya bisa bersosialisasi dengan sesama anak yang mengalami problem dalam bersosialisasi. Rasa amarah yang disebabkan oleh perasaan ditinggal oleh orang-orang di sekelilingnya ini yang kemudian membuat mereka berperilaku buruk. Hal ini mereka lakukan dengan harapan agar bisa mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekelilingnya.
Beberapa di antara mereka ada yang ceria dan bertingkah lucu dan sering membuat anak-anak lainnya tertawa karenanya. Kelas-kelas yang di dalamnya ada anak-anak seperti ini menjadi mirip tempat lawakan, penderita ADHD seperti ini membuat setiap orang tertawa. Tetapi penderita ADHD seperti ini bisa terus-menerus.Berada dalam masalah karena tertawaan teman-teman kelas mereka bisa membuat anak ini bermasalah dengan pelajarannya disekolah.


Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).
Think jogjakarta:Jogjakarta.

APAKAH HARAPAN JANGKA PANJANG PADA ANAK-ANAK PENDERITA ADHD

Seringkali beredar anggapan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada anak-anak penderita ADHD akan hilang sama sekali seiring sejalan waktu mereka nberanjank dewasa.Bagi kebanyakan anak,tanda-tanda ADHD memang berkurang ketika dia memulai dewasa,dan apabila mendapatkan terapi pengobatan mereka kemungkinan besar akan mampu mengatasi gejala-gejala ADHD tersebut dengan baik.ADHD tetpa masih ada ketika penderita memasuki usia dewasa,an tanpa adanya terapi pengobatan mereka akan terus-terusan mengidap hiperaktif,impulsif dan distraktif.Sampai saat ini tidak ada satupun metode yang bisa digunakan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu akan terus menunujukan tanda-tanda ADHD ketika sudah dewasa.
Orangorang dewasa yang mengidap ADHD beberapa diantaranya adalah pelaku bisnis yang tergolong sukses,kaum profesional,akademisi,artis,olahragawan terkenal dan juga pelaku tindak kriminal.Semua penderita ADHD tetap memiliki tanda-tanda kelainan ini sekalipun dalam keadaan kecil.Mereka tetep memiliki kecenderungan untuk tidak bisa diam,tidak teratur,mudah terusik dan impulsif.Mereka tetpa berkecenderungan untuk menunda-nunda pekerjaan,atau mencoba untuk melakukan pekerjaan pada waktu yang sama.Tetapi tidak ada satupun pekerjaan yang terselesaikan dengan baik.beberapa gelintir diantara mereka memiloki ciri-ciri yang memperhatinkan.
Jadi mereka membutuhkan obat-obat stimulan un tuk mengontrol agar tetep terkontrol.







Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).
Think jogjakarta:Jogjakarta.

Memupuk Rasa Ingin Tahu

Pada hakikatnya anak terlahir dengan rasa ingin tahu. Berbekal rasa ingin tahu inilah anak belajar berbagai hal yang akan menjadi bekal baginya kelas. Rasa ingin tahu merupakan sumber daya yang perlu dikelola agar terarah dan efektif penggunaannya. Untuk itu anak masih butuh bantuan anda. Ikuti ide berikut in:
• Jadikan rutinitas sebagai petualangan seru. Bila anda bekerja, mengubah rutinitas menjadi petualang seru bisa dilakukan cukup dengan sedikit imajinasi. Misalnya, jadikan acara mandinya sebagai petualang dunia air.
• Manfaatkan Kesempatan, misalnya kebetulan ada seekor kupu-kupu masuk ke rumah. Ceritakan sedikit tentang kupu-kupu, tentang warna, sampai tentang apa makanannya.
• Sempatkan melihat dunia luar. Usia yang masih kecil semestinya tidak menjadi halangan bagi anak untuk melihat dunia luas di luar rumahnya.
• Tanggapi Pertanyaannya. Respon positif anda akan memmbuat anak merasa diterima, menjadi lebih percaya diri, dan merasa there’s nohing wrong of being curious.



Sumber: Majalah PARENTING INDONESIA,oleh VIKH

Hadapi Anak Keras Kepala

Menurut psikolog perkembangan anak Erik Erikson. Anak di usia ini tengah memasuki tahap Autonomy vs Shame and Doubt (mandiri vs malu dan ragu-ragu). Artinya anak berusaha untuk bisa mandiri, menyuarakan keinginan untuk berhasil mendapatkan kepuasan, dan mencapai tahap perkembangan optimal. Kalau orang tua salah menyikapi, anak justru akan berkembang menjadi anak yang cenderung malu dan ragu-ragu, serta sulit percaya diri. Supaya tah salah sangka, coba simak acara-acara mengantisipasi sikap keras kepala ini:

• Simak Rutinitas Anak. Sikap keras kepala akan lebih rentan muncul saat anak lapar, mengantuk, capek dan sakit. Usahakan menghindari saat-saat genting ini.
• Saat matanya berbinar melihat sesuatu, tanggapi dengan respon memperhatikan benda yang dikaguminya itu. Misalnya dengan mengomentari kelucuan anjing yang dilihatnya, meminta anak ikut mencium bunga, mengajak anak ikut memegang benda itu,dll.
• Selalu jaga keadaan rumah anda dalm keadaan bersih dan cukup teratur. Hindari lantai licin, ujung meja yang runcing, benda yang bisa menggelinding dilantai, dan hal-hal berbahaya lain. Semakin sering anak mengalami ’kecelakaan’ dirumah, semakin sulit ia bisa mandiri dan percaya pada dirinya sendiri.
• Usahakan anak yang memutuskan segala sesuatu untuk dirinya sendiri, meskipun tentu saja hal itu sebenarnya sudah merupkan pilihan anda. Misalnya ketika akan pergi, pilihlah 2 atau 3 baju yang pantas, lalu mintalah anak untuk memilih mana yang ingin dia pakai. Anda juga bisa membiarkan anak memilih sendiri menu makanan yang diinginkannya dari gambar-gambar buku di resep mama.


Sumber: Majalah PARENTING INDONESIA,oleh ASA

Bila Keras Kepala Membandel

Si kecil tetap membandel meski anda sudah berusaha ’melunakkan’ hatinya? Coba, cara ini:
* Alihkan Perhatian Anak Pada Hal Lain, terutama ketika dia sepertinya akan bersikeras meminta sesuatu yang anda tidak perbolehkan. Misalnya, ketika dia ingin mencobs memegang api, ingin mencemplungkan diri kekolam renang yang dalam, mengambil boneka pajangan yang terlihat cantik dan sangat mahal ditoko,dll. Langsung ajak anak untuk melakukan hal lain yang cukup mengasyikkan juga.
* Tetaplah bersikap santai namun tegas untuk menolak, bila anak menangis. Ucapkan ketegasan penolakan anda dengan baik sambil memeluk anak.
* Pastikan tempat anak berguling-guling berada dalam keadaan aman, supaya dia terhindar dari bahaya.
* Tersenyumlah kepad orang lain yang memperhatikan si kecil yang sedang mengamuk besar. Walau malu, berbanggalah karna anda sedang berjuang untuk menjadi orang tua yang baik, yang mengajarkan anak untuk tak selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Ingatkah untuk konsisten. Jika di akhir perjuangan, anda justru luluh karna anak menangis terlalu keras, pesan yang didapat anak berbunyi: ”Besok kalau mau mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan, menangislah lebih keras lagi”.


Sumber: Majalah PARENTING INDONESAI,oleh ASA

Menebak Sikap Plin-Plan Si Kecil

Berikut cara paling lazim anak-anak ’menyabotase’ diri sendiri:
Lelah, tapi masih pecicilan
Ketika tumbuh anak-anak mendambakan istirahat, mereka mungkin mengalami lonjakan adrenalin untuk mendampinginya.
Lapar, tapi tak mau makan
Mengapa anak yang kelaparan kadang-kadang justru menolak makanan? Biasanya, karna duduk untuk makan membuatnya terpaksa menghntikan kegiatan lain yang justru lebih menarik.
Tak mau ikut bersenang-senang, walau sangat ingin
Beberapa anak sangat cepat atau justru sangat lambat menjadi ’panas’, temperamen yang bisa muncul sejak bayi.
Nakal pada teman karib
Anak-anak ingin punya teman. Mereka ingin main bareng. Tapi, mereka tidak selalu memahami tata cara berteman.




Sumber: Majalah PARENTING INDONESIA,oleh ASA

Apakah ada problem rumah tangga yang dialamai anak tersebut sehingga membuatnya tidak bisa duduk manis dikelas.

Anak-anak yang memiliki lingkungan rumah yang penuh permasalahan keluarga, seperti kericuhan, atau tinggaldilingkungan yang seringkali terjadi tindak kriminal, akan mengalami kesulitan tersendiri ketika belajar disekolah. Mereke butuh sosok yang bisa dijadikan panutan dalam belajar. Bila orang-orang dewasa disekelilingnya tidak menunjukkan kegemaran membaca atau tidak menghargai pentingnya pendidikan, anak-anak tersebut akan kurang termotivasi untuk belajar membanca atau keahlian-keahlian lainnya.






Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).
Think jogjakarta:Jogjakarta.

Organisasi

Apabila anda orang tua yang memiliki anak penderita gangguan belajar, barangkali anda harus mulai mendatangi organisasi-organisasi nasional yang mendedikasikan organisasinya untuk para penderita gangguan belajar. Kelompok-kelompok seperti ADDers (penderita ADD), ADD/ADHD non-profit support group (kelompok nirlaba peduli ADD/ADHD) atau Britis Dyslexia Association (Asosiasi Disleksia Inggris) bisa memfasilitasi anda untuk berkomunikasi dengan orang tua lain yang juga mengalami apa yang sedang anda alami dan bisa memberikan nasihat, saran dan motivasi kepada anda. Tentu saja orang tua bukanlah seorang dokter. Anda akan menemukan dan mengalami sendiri tentang pendekatan-pendekatan mana saja yang terbukti efektif, yaitu metode-metode yang terbukti kebenarannya dalam mengentaskan permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak penderita ADHD ada gangguan-gangguan belajar lainnya.






Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).
Think jogjakarta:Jogjakarta.

Autisma

Terkadang autisme disebut sebagai ’pervasive development disorder’ (PDD) karna ia mempengaruhi berbagai aspek perkembangan~tidak hanya perkembangan berbicara, tetapi juga perilaku, interaksi sosial dan perkembangan belajar.seperti halnya ADHD, angka angka penderita autisme bervariasi. Bekti-bikti terkini mengenai gangguan ini menujukkan bahwa jumlah penderitanya semakin meningkat. Peningkatan anka penderita ini mungkin disebabkan oleh semakin tingginya tingkat kesadaran akan autisma, atau juga disebabkan oleh faktor-faktor lainnya.



Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).
Think jogjakarta:Jogjakarta.

Apakah anak penderita ADHD bisa benar-benar mengidap hyperthyroidism?

Hyperthyroidism merupsksn peristiwa yang jarang sekali terjadi. Ia disebabkan oleh sebuah glandula thyroid yang overaktif, dimana memproduksi thyroxine secara berlebihan. Kondisi seperti ini membuat anak-anak menjadi gelisah, cemas dan tidak tenang, seperti penderita ADHD, tetapi ia memiliki tanda-tanda tambahan yang mirip dengan ADHD. Karna semua proses tubuh dipercepat, ini menyebabkan terjadinya tekanan jantung yang sangat cepat. Anak-anak seperti ini akan merasa hangat setiap saat, sekalipun dengan hari-hari dengan cuaca dingin. Mereka kemungkinan kehilangan berat badan dan tidak bisa tidur. Terkadang bola mata mereka terlihat melotot.

Adalah tidak mungkin anak-anak yang mengalami gangguan belajar juga mengalami hyperthyroidism dan hypothyroidism pada waktu yang bersamaan. Tetapi apabila anda melihat adanya tanda-tanda hyperthyroidism atau hypothyroidism padanya secara bersamaan, anda hanya perlu melakukan tes fungsi thyroid.

Sumber:Le Fanu,James.2008.Deteksi Dini Masalah-masalah Psikologi Anak(terjemahan).

Think jogjakarta:Jogjakarta.