Jumat, 30 April 2010

Mereka jangan dikucilkan, tetapi diterima

Ada seorang anak Sekolah Minggu, sebut saja namanya Steven (bukan nama sesungguhnya) yang menurut penuturan orang tuanya, mengidap Autis dan Hiperaktif. Steven akan menyentuh apa saja yang ditemuinya, bahkan tidak akan ragu-ragu naik meja untuk mengambil gitar Guru Sekolah Minggu yang sudah “diamankan” di ujung meja sana. Melihat tingkah laku Steven serasa melihat gasing yang selalu berputar. Guru Sekolah Minggu yang bertugas pasti dibuatnya “kerepotan”.
Si Ibu, saya lihat, dengan sabar selalu menemani dan mengikuti, sekaligus menjagai Steven. Sudah bertahun-tahun si Ibu mengalami hal ini, karena kakak Steven dulunya juga mengalami gangguan perkembangan persis seperti yang saat ini dialami oleh Steven. Dalam hati saya berpikir, betapa melelahkannya …. Sekaligus saya sangat salut dengan si Ibu yang tidak pernah saya lihat marah-marah atau menjadi be te karena tingkah laku anaknya tersebut.
Anak-anak seperti Steven, dan orangtuanya juga, perlu merasa diterima oleh lingkungannya. Ibu Steven setiap hari Minggu ke gereja, tetapi tidak pernah bisa ikut kebaktian atau menemani anaknya “duduk manis” di Sekolah Minggu. Steven selalu bergerak setiap detik dan setiap saat, demikian juga si Ibu. Tetapi, alih-alih mengurung Steven di rumah, si Ibu tetap dengan setia, setiap Minggu, mengajak dan menemani Steven ke gereja. Meski pun ini berarti si Ibu juga harus siap keliling gedung gereja, naik turun tangga dari lantai satu ke lantai lainnya (gerejanya punya 4 tingkat tanpa lift), pindah dari satu ruang ke ruang yang lain, demikian seterusnya hingga jam kebaktian berakhir.
Beberapa tahun telah berlalu, dan kadang saya masih sempat berjumpa dengan si Ibu saat menjemput Steven, yang sudah bersekolah di sebuah SD kristen yang sama dengan anak saya waktu itu. Dari perbincangan itu saya bisa merasakan betapa leganya si Ibu setelah akhirnya melewati “masa-masa sulit” dan kini si anak sudah dapat berperilaku “normal” seperti anak-anak lainnya. Banyak orang tua maupun teman Steven yang tidak pernah tahu bila dulu semasa kecilnya, Steven pernah mengalami gangguan perkembangan perilaku.

Sumber : http://indonesia-educenter.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar