Jumat, 30 April 2010

Sepotong Cinta Dalam Hati

Bagaimana perasaanmu ketika melihat orang tua yang anaknya cacat? Kasihan? Menganggap bahwa ia kurang beruntung?
Sejujurnya, saya pun awalnya seperti itu. Seorang saudara saya (tepatnya sepupu istri) bernama Gunawan punya anak yang cacat. Fisiknya sangat lemah, seakan-akan dia tak punya tulang. Usianya sudah lima tahun, tapi ia tak bisa berdiri apalagi berjalan. Ke mana-mana ia selalu digendong oleh orang tuanya.
Saya merasa kasihan pada Gunawan dan istrinya. Dapat saya bayangkan bagaimana sulitnya mengasuh anak seperti itu. Untungnya, mereka adalah orang tua yang sangat penyabar, tak pernah mengeluh atas kondisi anak mereka.
Dan sebuah tulisan pada buku "Bila Nurani Bicara" karya Amelia Naim Indrajaya (Penerbit Hikmah, 2004), membuat pikiran saya berubah. Pada tulisan yang berjudul "Special Kids for Special Parents" ini, Amelia bercerita tentang kegelisahannya karena punya anak - Adri - dengan kasus "disfungsi minimal otak". Perkembangan Adri sangat lamban. Ini membuat Amelia sempat stress, bahkan menyalahkan nasib.
Suatu hari di ruang tunggu rumah sakit, Amelia bertemu sepasang suami istri yang punya TIGA anak yang nasibnya lebih kurang sama dengan Adri. Namun, mereka terlihat sangat tabah, ceria, tidak mengeluh sedikit pun.
Dengan amat penasaran Amelia bertanya pada mereka, "Hou could you so happy?" Ya, punya satu anak cacat saja rasanya sudah amat merepotkan. Pasangan suami istri ini memiliki TIGA anak cacat, tapi mereka tampak sangat bahagia.
Dan jawaban mereka yang akhirnya membuka kesadaran Amelia, juga saya sebagai pembaca:
"Aduh, ternyata ada hal yang paling penting yang kamu belum tahu, dan seharusnya tahu. Do you know that special kids are given to special parents? .... Kami merasa terpilih. Dengan dianugerahi tiga anak spesial, berarti Tuhan telah memilih kami sebagai special parent yang hanya kami dan bukan orang tua lainya yang pantas menerima anugerah tiga anak spesial ini. Dan kami yakin pilihan Tuhan tidak pernah sia-sia."
"Subhanallah," begitu tulis Amelia Naim di dalam bukunya. Ucapan yang sama bergema di hati saya. Saya langsung teringat salah satu bunyi ayat Al Quran: "Sesungguhnya Allah tak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hambaNya".
Allah telah menakar semua ujian/cobaan yang diberikan kepada kita, sehingga yakinlah bahwa kita akan sanggup menghadapinya. Jika kemudian kita merasa tak sanggup, kecewa, putus asa, menyesali diri, bahkan menyalahkan Tuhan, itu semua karena kita belum bisa memahami hikmah apa yang tersimpan di balik ujian tersebut.

Saya merasa bahwa ucapan sepasang suami istri itu sangat sejalan dengan bunyi ayat Al Quran di atas. Dan inilah yang akhirnya mengubah pandangan saya terhadap Gunawan dan orang tua lainnya yang memiliki anak istimewa. Kini, saya justru amat kagum pada setiap orang tua yang seperti itu. Setiap kali bertemu Gunawan, saya menatapnya sambil berkata di dalam hati, "Dia adalah ayah yang istimewa, karena memiliki anak yang juga istimewa."

Sumber : www.Jonru.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar